Rabu, 15 Desember 2010

Perhatian-Kesadaran-Kewaspadaan

Perhatian ~ Kesadaran ~ Kewaspadaan

TIGA RANGKAIAN MEKANISME DI DALAM

Dalam berbagai aktivitas, perhatian memegang peranan yang amat penting bagi
suksesnya apa yang kita kerjakan. Tidak hadirnya perhatian saat berjalan
misalnya, bisa mengakibatkan terkilir hingga patah tulang. Menjaga perhatian
agar tetap hadir setiap saat pada setiap aktivitas, seringkali juga disebut
konsentrasi. Sesungguhnya, ia adalah laku meditasi dalam bentuknya yang
khusus.

Ajahn Chah, seorang guru meditasi di Thailand, mengingatkan siswa-siswanya:
"Hendaknya jangan menyangka bahwa meditasi hanyalah duduk tefekur sembari
memejamkan mata saja. Ketika kamu bangkit, sadarilah bahwa tubuh ini bangkit;
ketika berjalan, sadarilah bahwa tubuh ini sedang berjalan; demikian pula
ketika sedang berbicara, bekerja, bahkan ketika menarik dan menghembuskan
nafas; hadirlah pada setiap postur tubuh dan aktivitasmu." Demikian beliau
menasehati.

Perhatian yang senantiasa hadir, mencerminkan tingkat kesadaran kita.
Kewaspadaan hanya dimungkinkan, bila ada perhatian menyertainya. Perhatian,
kesadaran dan kewaspadaan saling bergantung satu sama lain, mereka merupakan
suatu rangkaian mekanisme di dalam yang tidak dapat dipisah-pisahkan begitu
saja.

MENGUPAYAKAN 'ELING LAN WASPADA'.

Hadirnya kesadaran setiap saat kita sebut 'eling'. Eling juga berarti ingat.
Jadi, eling dapat dimaknai sebagai sadar akan keberadaan dalam kekinian. Dalam
kondisi batin inilah kita dimungkinkan untuk menjadi waspada. Oleh
karenanyalah,
para bijak, tetua kita di jaman dahulu merumuskan "piteket" (pengingatan)
'Eling
lan Waspada'.

Bila kita simak dan cermati lagi pengingatan itu, mungkin muncul pertanyaan,
apakah yang mesti diingat/disadari dan apa pula yang perlu diwaspadai? Sebagai
manusia biasa kita senantiasa diintai kealpaan, cenderung lupa, lengah dan
ceroboh. Menyadari keberadaan kita seperti itu, dan tak mau
kecenderungan-kecenderungan buruk itu mencelakai kita atau orang-orang di
sekitar kita, kita berupaya untuk mengeliminirnya. Bahkan, kitapun berhasrat
besar untuk menggantikannya dengan kecenderungan-kecenderungan yang baik, yang
bermanfaat bagi kita dan orang-orang di sekitar kita.

Mengeliminir kecenderungan buruk dan menggantikannya dengan yang baik, tentu
tak semudah mengucapkannya. Walaupun demikian, kita tak perlu berkecil hati;
ada metode praktis berupa latihan untuk itu. Sebut sajalah ia Meditasi Ke
dalam. Secara prinsipil, metode ini diterapkan dengan cara melatih batin
sedemikian rupa agar mengarahkan memperhatian ke dalam batin sendiri, tidak
berkelana keluar, kesana-kemari, ngelantur, hanyut dalam khayalan. Jadi, saat
berlatih, perhatian ditarik dari objek-objek luar untuk diarahkan ke dalam.
Dalam Yoga, proses penarikan perhatian ke dalam ini juga disebut Pratyahara.

Objek didalam yang dijadikan pusat perhatian (setiap saat), secara berjenjang,
ada empat kelompok yakni:
* Kekinian jasmani; memperhatikan sikap atau kondisi tubuh, kerja anggota
badan, termasuk alat bicara, sensasi-sensasi indriyawi (bukan sumber
rangsangannya) yang diterima, hingga memperhatikan masuk-keluarnya nafas,
detak jantung dan lain sebagainya. Praktek memperhatikan kekinian jasmani
ini, bisa amat banyak bentuknya. Memperhatikan kondisi tubuh, misalnya,
bisa berupa memusatkan perhatian pada rasa capek/lelah, segar,
panas/gerah,
dingin, sejuk dll.
* Kekinian perasaan; hanya memperhatikan dan tanpa menilai berbagai bentuk
perasaan/emosi yang muncul dan sirna, seperti: kesal, jengkel, sedih,
takut, rindu, marah, dan lain sebagainya, yang muncul, mengada sesaat
untuk
kemudian sirna dan berganti dengan yang lainnya dst....
* Kekinian pikiran; seperti memperhatikan bentuk pemikiran-pemikiran,
ide-ide, gagasan, angan-angan dll., yang bermunculan secara silih berganti
bersamaan dengan terjadinya kontak-kontak indriyawi maupun didorong ke
permukaan dari gudang ingatan.
* Kekinian batin itu sendiri secara keseluruhan; berupa hanya
memperhatikan
dan tanpa memberi penilaian berbagai bentuk batin, suasana mental, suasana
hati seperti: tenang/tentram, gelisah, bingung, menyimpulkan, khawatir,
ragu-ragu, kecewa, simpati, antipati, sayang, benci, muak, bosan, enggan,
putus-asa, rendah diri, patah semangat, putus-asa, bangga, bergairah,
curiga, beranagan-angan, berkhayal dll. Objek perhatian dapat berupa
kombinasi bentuk bentuk pemikiran dan bentuk-bentuk perasaan terkini, baik
akibat rangsangan luar maupun muncul di dalam.
Khusus bagi kelompok objek perhatian kedua hingga keempat, yang paling perlu
dipahami adalah, tugas kita hanyalah memperhatikan untuk menyadarinya, tanpa
menilai, mengorekasi apalagi menghakiminya. Memperhatikan kemunculannya,
keberadaannya dan berlalunya; dengan tanpa mengintrupsinya. Perhatian disini,
ibarat sebagai petugas pengamat dan pencatat, yang menyaksikan semua itu tanpa
mencampurinya. Kewaspadaan terhadap gejolak dan segala fenomena di dalam
secara
otomatis akan diperoleh melalui praktek ini. Kewaspadaan inilah yang
dimaksudkan dalam wacana pengingatan 'Eling lan Waspada'.

Melalui meditasi perhatian ke dalam —yang juga disebut dengan Meditasi
Perhatian
Murni— ini, ketenangan dapat diharapkan. Ketenangan yang amat bermanfaat bagi
pengembangan batin. Ketenangan yang senantiasa menyertai Anda kemanapun Anda
pergi; ia tiada tergantung tempat atau kondisi luar manapun, karena ia ada
didalam. Bukan hanya itu, melalui ketenangan tersebut tercipta suatu kondisi
yang amat kondusif bagi hadirnya pemahaman yang baik atas sifat-sifat alami
(masing-masing; sifat-sifat alami jasmani, perasaan, pikiran dan batin. Banyak
pengalaman dan pengetahuan yang tidak bisa kita peroleh dengan cara
memperhatikan ke luar, diperoleh melalui cara yang satu ini.

Pentahapan dianjurkan secara berurut dari kelompok jasmani, perasaan dan
seterusnya. Pentahapan ini akan amat besar manfaatnya bagi praktisi.
Menjadikan
kekinian jasmani sebagai objek perhatian, mententramkan batin dengan cepat.
Ada
yang menganjurkan memperhatikan masuk-keluarnya nafas, lebih daripada yang
lainnya, utamanya atas alasan praktis. Memperhatikan nafas —bukan mengatur
nafas— nyaris dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dengan tanpa perlu
menarik perhatian siapapun. Orang tak akan tahu bahwa Anda sedang bermeditasi,
sementara Anda berdiri dalam antre karcis misalnya. Andapun tak perlu kesal
menunggu giliran Anda untuk dilayani.

Memang banyak metode meditasi yang diperkenalkan, yang tak jarang malah
membingungkan banyak orang. Padahal secara praktis intinya adalah praktek atau
latihan. Pelatihan apapun bila ditekuni, akan menjadi kebiasaan. Dalam Yoga ia
disebut Abhyasa. Sebetulnya banyak hal yang dapat kita lakukan secara mandiri,
dengan mudah dan murah.

Semuanya itu mesti diawali oleh bangkitnya kesadaran diri. Dalam rangka
merealisasikan niat dan berupaya dengan bersungguh-sungguh inilah kita perlu
didampingi dan dibimbing oleh seorang guru yang handal. Semboyan 'knowing
about
practise is practising in order to know', amat mengena disini.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi sahabat.
Semoga Cahaya Agung-Nya senantiasa menerangi setiap gerak-langkah kita.
Semoga Kedamaian dan Kebahagiaan senantiasa menghuni kalbu semua insan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar