Minggu, 19 Desember 2010

Hidup Adalah Ilusi

2500 tahun yang lalu Sang Budha mengatakan: segala sesuatu hal yang ada didunia ini bersifat anica dan dukha.
Anica artinya segala sesuatu yang bisa anda raba dengan tangan anda,bisa anda lihat dengan mata anda,bisa anda cium baunya dengan hidung anda ,bisa anda rasakan dengan semua indra anda, semuanya ada sekarang dan suatu hari dia akan hancur dan bahkan diri anda juga anica ,ada namun akan tiada ,dan bumi yang anda injak dia ada dan akan menuju tiada.
Jadi karena semua hal disemesta ini ada namun sesunguhnya tiada ,jadi semesta dan bentuk kehidupan didalamnya hanyalah sebuah bayangan fatamorgana atau ilusi yang seakan nyata namun ia hanyalah sebuah bayangan dan ilusi panjang belaka.
Kaisar Tiongkok dulu chin se wang yang meyatukan seluruh daratan Tionkok dulu menjadi suatu kekaisaran agung dan menbangun tembok cina ,merasa kekuasaannya adalah abadi ,mencari dan memerintahkan para tabibnya untuk mencari obat abadi ,tak bisa tua dan tak bisa mati dan akhirnya dia mati karena keracunan obat hidup abadi.
Dan setiap hari ketika para mentri bertemu harus menguncapkan salam “hidup kaisar kita yang abadi dan akan memimpin kami ribuan dan ratusan ribu tahu”
Teryata sang Budha benar kaisar ini hanyalah berilusi dia akan menjadi kaisar abadi.
Dan sekarang dia hanyalah seongok tanah yang tak berati apa apa ,bagai buih di lautan yang ada lalu hilang di telan gelombang.
Lalu buat apa kita hidup kalau hidup hanyalah dukha(derita) dan anica ?
Apakah tujuan kita lahir di dunia fana ini?
Dan apa sebab derita dan ilusi ini?
Hidup sebagai manusia adalah berkah tiada tara kata Sang Budha bagi yang mengerti tujuan hidup dan kehidupanya.
Karena hanya dialam manusialah kita bisa mencapai pencerahan dan penerangan sempurna.
Jangan melekat pada kehidupan ini ,berjuanglah dalam pembinaan diri menuju anata(tanpa keakuan) dan sumber dari segala keakuan anda adalah tanha(nafsu keinginan)
Dan lobha(kebodohan)
Ketika lapisan kebodohan ,keinginan dan keakuan anda mulai menipis maka munculah cahaya prajna(kenijaksanaan) dan terus berjalan dalam terang kebijaksaan maka suatu hari bodhicita(watak dan sifat budhata) akan mencapai kesempurnaan sebagai Budha yang artinya orang yang telah mencapai penerangan sempurna.
Sang Budha tak pernah menyuruh manusia atau siapapun menyembah atau memuja nya ia hanya berpesan : aku sudah menujukan jalan atau dharma atau cara bagimu untuk mencapai kesempurnaan dan tingal kau amalkan atau kau jalankan untuk mencapai penerangan sempurna.
Jadi ketika kita menghormati Sang Budha dalam bakti puja ,itu bertujuan agar kita ingat ajaran dharma kebenaran nya agar kita jangan melekat pada kehidupan yang hanya ilusi belaka tapi manfaatkanlah hidup singkat yang hanya ilusi ini untu berjalan dalam kebenaran apapun namanya dan sebutannya menuju pada pencerahan dan penerangan sempurna.
Dan Sang Budha pun berpesan: jangan kau percaya pada suatu kebenaran yang tertulis disebuah buku ,jangan kau percaya segala sesuatu yang sudah menjadi kebenaran sebuah tradisi dan bahkan kau percaya pada perkataan ku ,sebelum kau jalani kau alami sendiri baru kau bisa buktikan sendiri kebenaran itu.
Jadi Sang Budha hanya ingin kita berjalan dalam kebenaran bukan percaya pada kebenaran itu tanpa melaksanakan sesuatu yang benar.
Hidup hanyalah sebuah minpi dan ilusi panjang jangan melekat pada yang palsu,masuki pintu penerangan sempurna lewat
Sila(aturan dan pedoman perbuatan)
Samadi(ketenangan batin lewat pegendalian pikiran)
Prajna(kebijaksanaan)
Yang akan saya coba bahas lagi kalau para pembaca kompasiana tertarik tentang tiga jalan ini.
Tulisan ini saya tulis atas permintaan seorang kompasianer yang sedang belajar mencari keseimbangan.
Semoga bisa menjadi bahan renungan anda yang sedang mencari bentuk keseimbangan.
Dan jangan percaya sebelum kau renungi dan alami dan jalani walau dengan metode yang berbeda namun menuju arah tujuan yang sama yaitu penerangan sempurna.
Salam damai selalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar