Sabtu, 22 Januari 2011

Kekosongan Dan Penolakan

Kekosongan Dan Penolakan
(dikutip dari buku "Kesadaran Sejati - Wisnu Prakasa")

Arti dari Kekosongan (Emptiness, Kesunyataan) bukanlah menolak segalanya,
tetapi Kekosongan yang sebenarnya adalah
"Mengenal kesadaran alamiah dari semuanya"

Disaat belajar meditasi dengan mengosongkan pikiran, bukanlah bearti harus menghilangkan apa yang ada semuanya. Seperti apa yang tampak dihadapan, apa yang didengar, rasa sakit dipinggang yang mulai terasa, rasa lapar, rasa ngantuk, sakit digigit nyamuk, ataupun suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

Kita tidak perlu melawan ataupun berusaha mencoba menghilangkan sakit dipinggang ataupun gatal-gatal gigitan nyamuk. Juga kita tidak perlu berusaha untuk merubah pikiran kita bahwa kita tidak kedinginan dan kelaparan. Semua perlawanan dan penolakan ini bukanlah arti sebenarnya dari kekosongan. Semakin mereka menolak, maka semakin besar kesulitan yang akan dihadapi.

Walaupun pada awalnya mereka merasa mampu menghilangkan semua rasa tersebut, tetapi pada akhirnya mereka akan menyerah. Janganlah para murid hanya meniru apa yang dilakukan dan diperbuat oleh para Guru Besar, tanpa memahami makna pembinaan yang sebenarnya. Pahamilah bahwa kondisi tubuh dan keadaan setiap mahluk berbeda-beda, demikian pula pencapaian dan kejernihan kesadaran para mahluk juga berbeda-beda.

Diwaktu lampau, Guru Besar Bodhidharma duduk bermeditasi menghadap dinding gua selama bertahun-tahun tanpa makan dan minum. Para umat yang tidak memahami dasar pembinaan Bodhidharma hanya meniru meditasi yang dilakukan Bodhidharma. Mereka merasa bangga bilamana dapat mencontoh keberhasilan Bodhidharma yang bermeditasi bertahun-tahun tanpa makan dan minum.

Para umat berkeras kepala untuk menirunya, mungkin dapat melawan rasa lapar tersebut pada awalnya, sehingga rasa lapar dapat ditahan atau menghilang selama beberapa hari. Bilamana mereka meneruskan hingga berminggu-minggu dengan melawan rasa lapar tersebut, tetapi sangat disayangkan pada akhirnya mereka akan meninggal karena kelaparan sebelum mendapatkan pencerahan.

Bodhidharma dapat mencapai tahap meditasi kekosongan tersebut karena beliau telah membina dan berlatih tahap-tahap sebelumnya, tetapi banyak umat yang mencari jalan pintas dan hanya mencontoh untuk menginginkan hasil secepat mungkin. Mereka tidak menyadari bahwa pencapaian tersebut diperlukan pembinaan dasar yang kuat, tetapi mereka hanya mencontoh dan mengambil jalan pintas sehingga mengabaikan dan memandang rendah tahap-tahap dasar sebelumnya.

Saat kita bermeditasi kekosongan, dan timbul rasa lapar, rasa sakit pinggang , gatal-gatal nyamuk, dan rasa dingin dari ruangan. Kita harus dapat menerima ini semua. Rasakanlah sakit pinggang dan gatal-gatalnya, dan rasakan ruangan yang dingin ini, rasakan rasa lapar yang timbul. Bilamana memang kita belum makan, kenapa kita tidak makan dahulu? Bilamana terasa terlalu dingin, dapatkah kita mencari tempat posisi yang lebih hangat ? Tetapi kadangkala kita tidak mempunyai pilihan lain dan harus menerima keadaan tersebut, disini kita memerlukan suatu pemahaman kesadaran yang sesungguhnya dari keadaan diri.

Bilamana kita telah mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, maka tubuh dan pikiran kita dapat menerima semua yang timbul tanpa harus bereaksi untuk menjadikannya sebagai suatu penghalang. Bilamana kita memahami keadaan yang sebenarnya ini dengan Kesadaran Sejati yang tetap jernih dan tenang, maka kita akan mengerti dan memahami arti kekosongan yang sesungguhya.

Memahami alamiah kekosongan juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kecil yang penah saya hadapi disaat saya harus menjalani operasi amandel.

Pada pagi hari sekitar jam 9 saya menjalani operasi amandel sekitar 2 jam. Kemudian saya dibawa kekamar rawat. Dokter yang mengoperasi saya memberitahukan bahwa saya dapat keluar dari rumah sakit bilamana sudah bisa makan dan minum, karena beliau khawatir bilamana saya tidak dapat menelan makanan ataupun minum, maka beliau menyarankan untuk diinfus.

Dengan rasa sakit di tenggorokan, saya memaksakannya untuk bertanya kepada dokter apabila saya sudah bisa makan dan minum, apakah saya bisa keluar hari ini juga. Dokter dengan tersenyum menyetujuinya, lalu beliau menawarkan setiap saat bisa meminta es krim. Bila dapat menghabiskan setengahnya saja, saya dapat diizinkan keluar dari rumah sakit.

Saya kemudian meminta es krim kepada seorang perawat, karena saya ingin mencobanya. Sebenarnya hal ini suatu yang berat sekali, untuk berbicara saja saya sudah sulit sekali. Dan juga saya rasakan air ludah sendiri saja, tidak dapat saya telan walaupun sedikit sekali.

Tidak berapa lama, suster tersebut membawakan 2 scope es krim di mangkok dan 1 gelas air putih dihadapan saya, berbagai gambaran perasaan khawatir mulai timbul membangkitkan rasa takut agar tidak mencobanya.

Saya menyadari sepenuhnya, semua gambaran pikiran yang timbul lalu. Berbagai macam gambaran pikiran yang timbul silih berganti, tetapi tetap saja saya tidak mengikutinya. Saya selalu menyadari alamiah kejernihan Kesadaran, akhirnya gambaran pikiran tersebut tidak lagi memperdaya, sehingga rasa takut dan khawatir tidak lagi timbul. Kemudian secara perlahan-lahan saya mencoba 1 sendok kecil es krim kedalam mulut saya. Disini saya merasakan rasa sakit yang luar biasa di tenggorokan saya.

Seketika itu juga, berbagai macam gambaran pikiran terus timbul ingin menutupi kejernihan kesadaran sejati akan rasa sakit yang alamiah. Gambaran pikiran yang timbul selalu ingin memperdaya kesadaran saya, sehingga rasa sakit yang ada menjadi penderitaan, kesedihan, dan ketakutan yang berkepanjangan. Kesadaran saya tetap laksana penonton yang melihat gambaran-gambaran pikiran yang terus timbul dan hilang silih berganti. Saya menyadari seluruh gambaran pikiran lainnya yang mengikuti rasa sakit luar biasa yang dirasakan, tetapi seluruh gambaran pikiran dapat saya pisahkan dengan kejernihan Kesadaran Sejati.

Rasa sakit di dalam tenggorokan, saya rasakan benar-benar apa adanya dan saya menerima rasa sakit yang timbul ini dengan Kesadaran yang tetap jernih dan tenang. Walaupun sakitnya terasa sekali, bukanlah menjadi suatu penderitaan dan penghalang bagi saya. Sulit bagi saya untuk melukiskan alamiah keadaan yang sesungguhnya ini dengan kata-kata. Mungkin mereka yang telah memahami Kesadaran Sejati akan mengerti maksud saya yang sebenarnya. Yang ada saat itu adalah Saya dan Rasa Sakit menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Saya tidak menolak, melawan, atau menahan rasa sakit yang timbul, tetapi saya menyadari:
"Rasa sakit adalah rasa sakit".
"Saya adalah rasa sakit, rasa sakit adalah saya, Hanyalah Ini !"


Walaupun saya merasakan sakit yang luar biasa, rasa sakit yang timbul tidak menjadi penghalang bagi diri saya untuk menelan es-krim ini. Rasa sakit dan saya menyatu tanpa beda, sehingga saya menyadari bahwa rasa sakit ini bukanlah penghalang yang harus saya hilangkan. Rasa sakit ini memang benar dan nyata, karena alamiah saya yang masih mempunyai tubuh kasar.

Saya mencoba sendok kedua dan seterusnya hingga akhirnya saya dapat menghabiskan es-krim dan meminta satu gelas air putih. Tampak jelas rasa kaget di wajah Dokter dan para suster yang menyaksikan kenekatan saya untuk menghabiskan semuanya. Lalu saya berkata, bahwa saya akan pulang siang ini juga. Dokter langsung tersenyum kepada saya dan menyetujuinya. Beliau juga memuji saya kenekatan saya, dan sambil bercanda mengatakan bahwa Dirinya bagaikan turut merasakan sakit, ketika saya memakan es krim.

Sore harinya saya keluar dari rumah sakit, langsung pergi kerumah makan untuk memesan nasi hainan. Sendok pertama terasa sakit kembali, tetapi saya mencoba kembali cara diatas hingga akhirnya saya dapat menghabiskan juga tanpa sisa.

Disini saya tidak berusaha menolak rasa sakit yang timbul, atau berusaha menahan rasa sakit. Saya hanya berusaha memahami rasa sakit yang timbul. Saya hanya menerima rasa sakit yang timbul dan merasakan sakitnya dengan menjaga Kesadaran Sejati tetapi jernih dan tenang. Hingga akhirnya saya memahami bahwa rasa sakit ini adalah bagian dari diri saya, dan saya harus menerima rasa sakit ini. Bilamana kita telah memahaminya, maka rasa sakit dan Kesadaran Sejati bukanlah dua hal yang harus dipisahkan.

Mungkin ada yang menduga bahwa saya sebagai orang yang mempunyai kelebihan dapat mengontrol dan menguasai syaraf yang menimbulkan rasa sakit. Sebenarnya, saya bukanlah orang yang mempunyai kelebihan tersebut. Saya bahkan tergolong lebih sensitif terhadap respon syaraf saya dibandingkan secara umumnya.

Bersyukurlah saya atas amandel saya ini, karena dengan keadaan ini saya dapat lebih memahami apa yang oleh Para Mahluk Suci dan Guru jelaskan tentang Kesadaran Sejati dan Kekosongan itu. Walaupun ini hanya sebagai contoh kecil yang saya alami dalam proses awal pembinaan Kesadaran Sejati.

Dengan memahami arti kekosongan yang sesungguhnya, kita akan mengerti bahwa yang membuat diri kita tidak kosong adalah gambaran pikiran yang selalu menutupi kesadaran sejati kita sehingga kita tidak lagi menyadari sifat alamiah dari segalanya. Rasa sakit adalah sifat alamiah karena amandel saya yang dioperasi, tetapi kesedihan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh rasa sakit tersebut merupakan gambaran pikiran yang menutupi kesadaran sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar